Browse: Home > >
Gunung-gunung, bunga-bunga, orang-orang, lautan singkatnya, segala sesuatu yang kita lihat dan segala sesuatu yang disampaikan Allah di dalam
Al Qur’an yang ada dan yang Dia ciptakan dari ketiadaan, diciptakan dan sungguh sungguh ada.
Akan tetapi, orang-orang tidak dapat melihat, merasakan, atau mendengar sifat sesungguhnya wujud wujud ini lewat panca indra mereka. Apa yang kita lihat dan dengar hanyalah salinan yang tampak di otak. Inilah yang diajarkan fakta ilmiah. Anda tidak dapat melihat atau menyentuh sifat sesungguhnya. Cahaya yang datang dari benda yang asli diubah oleh sebagian sel di mata Anda menjadi sinyal-sinyal listrik, yang lalu diteruskan ke pusat penglihatan di bagian belakang otak Anda.
Inilah di mana pemandangan ini tercipta. Dengan kata lain, Anda tidak sedang membaca sebuah buku di depan anda lewat mata Anda; nyatanya, buku itu diciptakan di pusat penglihatan di bagian belakang otak Anda. Buku yang sedang Anda baca adalah “salinan buku” di dalam otak Anda. Buku asli terlihat oleh Allah.Namun, harus diingat, bahwa fakta bahwa materi itu sebuah bayangan yang terbentuk di otak tidak “menolak” materi, tetapi memberikan kita informasi tentang sifat sesungguhnya materi: bahwa tidak ada orang yang bisa berhubungan dengan asli materi. Lebih-lebih, materi di luar terlihat bukan hanya oleh kita, namun oleh wujud-wujud lain juga.
Yang terpenting, Allah melihat segala sesuatu. Dia menciptakan dunia ini bersama semua perinciannya dan melihatnya dalam semua keadaannya. Sebagaimana Dia sampaikan kepada kita di dalam Al Qur’an:
“Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah, 2: 233)
Katakanlah, “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hambaNya”. (QS Al Isra’, 17: 96)
kebenaran terbesar yang pernah Anda temui dalam hidup.
Membuktikan bahwa segala sesuatu yang kita lihat dan rujuk sebagai “dunia materi” sesungguhnya ada di benak kita.
Bahwa kita tidak pernah dapat memiliki pengalaman langsung hakikat materi yang ada di luar sana, adalah penting dalam memahami keberadaan Allah dan penciptaanNya, dan untuk memahami bahwa Dia satu-satunya wujud mutlak.
Mereka yang memahami hal ini sadar bahwa dunia ini bukanlah tempat seperti anggapan kebanyakan orang. Bukanlah tempat mutlak dengan keberadaan luar, seperti yang dikira oleh mereka yang luntang-lantung di jalanan, bertengkar dirumah-rumah minum, menyombongkan diri di kafe-kafe mewah, membanggakan harta benda, atau mengabdikan hidup demi tujuan yang hampa. Dunia hanyalah citra yang kita lihat di otak kita, yang aslinya tidak pernah kita gapai. Semua orang dapat menyaksikan kesan-kesan ini di benak mereka, namun tidak menyadarinya. Konsep yang sangat penting ini menghancurkan filsafat materialis yang mengingkari keberadaan Allah. Itulah mengapa materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin menjadi panik dan gusar, lalu memperingatkan para pengikut mereka “agar tidak memikirkan” konsep ini ketika disampaikan kepada mereka. Orang-orang seperti ini begitu cacat mentalnya sehingga bahkan tidak dapat memahami fakta bahwa kesan terbentuk di otak. Dengan menganggap dunia yang mereka saksikan di dalam otak itu “dunia luar,” mereka tidak sanggup memahami petunjuk nyata yang membantahnya.
Ketaksadaran ini adalah hasil kurangnya kebijakan yang Allah berikan kepada orang-orang yang ingkar.Sebagaimana dikatakan di dalam Al Qur’an:
“orang-orang yang ingkar “memunyai hati, tetapi tidak digunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memunyai mata (tetapi) tidak digunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka memunyai telinga (tetapi) tidak digunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (terhadap peringatan)”
(QS Al A’raf, 7: 179).
.Berpikirlah dengan penuh perhatian, maka kita merasakan bahwa wujud bijak yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir, dan membaca pada saat ini hanyalah jiwa, yang menyaksikan kesan kesan yang disebut “materi” pada sebuah layar dalam. Orang yang telah memahami hal ini telah beranjak dari tataran dunia materi yang mempedaya sebagian besar umat manusia dan memasuki tataran keberadaan sesungguhnya.
Kenyataan ini telah dipahami oleh sejumlah mukmin atau filsuf sepanjang sejarah. Walaupun pandangan wahdatul wujud (manunggalnya wujud) telah menyimpang dari kebenaran dengan salah memahami kenyataan ini dan
menolak keberadaan semua penciptaan, ulama agung Imam Rabbani telah menetapkan ukuran tepat akan hal ini.
Menurut sang imam, relatif terhadap Allah, semua wujud adalah “wujud semu.”
Para cendekiawan Islam seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibn Arabi dan Mevlana Cami menyadari fakta ini dari tanda-tanda Al Qur’an dan dari menggunakan nalar mereka.
0 komentar:
Posting Komentar